Jumat, 08 Mei 2009

"knowing"

Sahabat, malam lalu saya baru selesai menonton film Knowing. Dan saya harus akui, film ini membuat
saya merinding. Bukan hanya karena efek khusus atau kejutan2 ala Hollywood . Namun jalan ceritanya
yang sangat menegur kita. Knowing menurut saya, adalah sebuah film Kristen dalam penyamaran.
Mengapa dalam penyamaran? Karena didalam film hanya beberapa kali secara eksplisit menyebutkan
referensi kepada Alkitab atau Yesus. Namun secara jalan cerita dan drama, film ini sangat menyentuh
hati Kristiani saya yang terdalam. Bagi yang telah menonton mungkin tahu yang saya maksud.

Mengambil tema seputar hari kiamat dan rapture (pengangkatan) , maka dalam film ini sangat kental
nuansa penyesalan dan pertobatan. Betapa tak berdayanya manusia ditangan Tuhan, tak seperti
film-film hari kiamat lain yang seolah-olah manusia selalu mampu menghentikan hari kiamat. Film ini
mengingatkan saya, bahwa bila sudah tiba saatnya, maka semegah-megahnya kebudayaan manusia dan
setinggi-tingginya hasil karya manusia, segala sesuatunya akan tumbang seperti gandum yang dituai
pada musim panen. Kiamat juga bukanlah pekejaan Iblis seperti di film-film setan, dimana ketika
setannya terbunuh maka kiamat pun batal. Kiamat bukanlah "kejahatan" yang terkalahkan oleh
"kebaikan".. Kiamat adalah pekerjaan Ilahi. Dan segala pekerjaan Ilahi adalah Kudus dan Baik adanya.
Tidak ada yang dapat mencegahnya.

Judul film itu sendiri sangat bermakna. Knowing berarti mengetahui. Kita sebenarnya mengetahui bahwa
Injil itu benar, bahwa dunia ini akan kiamat. Namun apakah yang kita perbuat dengan pengetahuan itu?
Sang pemeran utama adalah seorang Atheis, yang jauh didalam hatinya dia mengetahui bahwa semua di
dunia ini tidak ada yang kebetulan. Namun ia menyangkalnya, menyangkal hatinya sekaligus menyangkal
Tuhan dan mengejar ilmu pengetahuan. Maka Tuhan dengan ironiNya pun memberinya pengetahuan yang
paling mutakhir, pengetahuan akan hari kiamat..

Ketika ia memperingatkan ayahnya agar mencoba menyelamatkan diri dari kiamat, ayahnya hanya
menjawab: "Aku tidak akan kemana-mana. Aku siap bila tiba waktu Yesus menjemputku. Siapkah kamu?"
Sang pemeran wanita tunduk dalam penyesalan ketika mengetahui segalanya adalah benar.. "selama ini
aku tahu bahwa ibuku benar, tapi aku menyangkalnya dan menganggap ibuku gila". Sebuah singgungan
bagi kita. Seringkali saya walaupun mengetahui kebenaran Injil, namun tetap menyangkalnya dan
diam-diam menganggap orang-orang yang hidup kudus dijaman sekarang adalah gila.

Setelah tersadar bahwa kiamat tak dapat dihentikan, dan ketika anak-anaknya terpanggil oleh malaikat
untuk diselamatkan dari derita kiamat, sang pemeran pria mencoba mengikuti mereka. Namun apa daya?
Malaikat pun berkata "hanya mereka yang mau menjawab panggilan, yang akan diselamatkan. " Seberapa
seringkah Ia "berbisik" kepada kita? Melalu mata dan telinga hati kita? Apakah kita mendengarkan
panggilanNya? Apakah nanti kita akan seperti sang pemeran utama yang hanya bisa menangis ketika
anak-anaknya terangkat? Terus terang film ini membuat saya takut, sangat takut...

Pada akhirnya, anak-anaknya tiba di langit yang baru dan bumi yang baru, dimana terdapat cahaya
abadi dan pohon kehidupan seperti tertulis pada Wahyu 22.
Namun saya sedikit bernapas lega sesaat sebelum itu, ketika sang pemeran utama kembali ke rumah
Ayahnya. Dengan sangat bijak Ayahnya (yang seorang pendeta) memeluknya dan berkata: "Ini semua
bukanlah sebuah akhir"
Dan dijawabnya dengan: "Aku tahu..."

Kita semua telah mengetahui. Namun pertanyaannya: Siapkah kita?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar